Sunday, July 27, 2014

Kumandang Takbir.

Ketika Takbir Berkumandang...

Sajak ku masih berlumur dosa yang meradang...
Mengalir di sungai-sungai kecil yang melekat daging...

Ketika Takbir Berkumandang...

Aku tersadar,,
umur ku sepotong bambu rapuh yang terkoyak rayap...
Bukan laut lepas tak berpangkal pandang...

Ketika Takbir Berkumandang...

kaki ku keram,,
di depan persimpangan jalan...

Bingung,,
arah mana yang harus aku tuju..??

Dan Takbir terus Berkumandang...

Di saat Allah menyapa ku dengan ramah...
Di saat Allah menuntun ku perlahan...
Kembali pada jalan Ridho-NYA...

Ya Allah...

Aku hanya ciptaan-MU dengan banyak ingkar...
Aku hanya Hamba-MU dengan ribuan kata lupa...
Aku hanya makhluk-MU dengan balutan kain kemaksiatan...

Tapi ENGKAU memang Yang Maha Penyayang...
Tapi ENGKAU memang Yang Maha Pemaaf...
Tapi ENGKAU memang Yang Maha Pemberi Hidayah...

Kadang aku berfikir,,
jasad dan ruh ku mungkin terlalu Hina untuk ENGKAU sapa...

Tapi ENGKAU selalu menyadarkan ku di saat aku berjalan terlalu jauh...
Ya,, dari jalan Ridho-MU...

Terimakasih Ya Allah...
Atas segala Nikmat dan Rahmat-MU yang tak mungkin sanggup untuk aku tulis pada lembaran sajak-sajak kecil ku...

Terlalu banyak...
Terlalu Istimewa...

Ampuni Hamba Ya Allah...

Untuk semua Ingkar,,
untuk semua Lupa,,
juga untuk semua Kemaksiatan yang telah mendaging...

Dan di saat esok pagi datang...

Semoga ENGKAU Izinkan hamba untuk tetap bernafas...
Bersenyawa bersama Hamba-Hamba MU yang lain...

Menjadi Putih,,
Di antara Alunan merdu kumandang Takbir...


Jakarta, 28 juli 2014
Penulis: Andria tama (crb komandan kodok)

Wednesday, July 23, 2014

Senyum getir Palestina untuk Dunia



Di atas penyembahan modernitas dan pengagungan idealisme liberal…

Di atas sendawa kenyang dan tawa riang anak-anak dunia…

Di atas kemesraan bangsa arab dan amerika di meja-meja makan malam…

Di atas cumbu manja simon peres dan pemimpin-pemimpin eropa…

Di atas kebisuan indonesia dan negara-negara berlabel syari’at islam…

Di atas idiotisitas perserikatan bangsa-bangsa dan autisitas Organisasi Islam Dunia…

Palestina berdiri sendiri dalam tangis dan cucuran air mata…

Terpekur dalam simbahan darah dan tusukan peluru…

Di saat dentuman peluru laknat jagal-jagal cast leads masih terdengar hafal di telinga…

Dunia masih belum juga menemukan nurani kemanusiaannya…

Label pemuja hak asasi manusia hanyalah semboyan kosong yang ada di kantong-kantong anak cucu amerika dan kroni-kroninya…

Dan palestina pun sendiri…

Berdiri tegak di antara kemahatololan badut-badut pemuja ketiak zionis…

Dan palestina pun berdiri…

Melululantakkan kemahasombongan putra-putri kera yang lahir dari rahim kerakusan dan di susui asi kezaliman…

“Biarlah kami sendiri,” kata generasi Shalahuddin Al Ayyubi itu…

“Cukuplah batu-batu intifadah ini yang menjadi teman setia kami membebaskan Al Aqsa”…

“Karna harga diri kami terlalu mahal jika di bayar dengan air mata”…

“Karna senyuman kami tak semurah tegukan coca-cola atau kekhusukkan kalian dalam berfacebook ria”…

Palestina,,

Bahkan indonesia yang baik hati pun sedikit hilang ingatan atas kebaikan putra mu…

Bukankah dulu Muhammad Amin Al Hussein yang lantang mengucap selamat pertama atas kemerdekaan negeri ini..??

Bukankah karna dia pula akhirnya gelombang dukungan bangsa-bangsa dunia membanjiri kemerdekaan negeri ini..??

Atau rasa-rasanya bahkan rakyat negeri ini pun sudah tak berselera mengingat keikhlasan uang lima juta warga gaqa atas gempa mengguncang bumi yogya…

Oh Palestina…

Di saat kami begitu lelap melewati sepertiga malam,,
Di sana kau tengah bercanda dengan kebiadaban badut-badut penghisap darah…

Di saat kami begitu lahap menikmati hidangan sarapan pagi,,
Di sana kau masih harus tiarap untuk melanjutkan hari-hari…

Kami yakin tidak banyak yang kau minta,,
Karena kau terlalu gagah untuk menjadi pengemis atas kemerdekaan mu…

Kami pun yakin tidak banyak yang kau harap,,
Karena kau terlalu mulia untuk meninakbobokan keimanan hanya demmi urusan perut…

Maafkan kami…

Maafkan kami yang hanya bisa membantumu lewat air mata…

Maafkan kami yang hanya bisa menolong mu dengan sisa uang yang ada di saku celana…

Maafkan kami yang hanya bisa mengingat mu saat ada kajian dan unjuk rasa…

Maafkan kami yang sering melewatkan nama mu dalam setiap bait doa-doa…

Allahummantsur Ikhwana Mujahiddina fi Filistin…

Allahummantsur Ikhwana Mujahiddina fi Filistin…

Allahummantsur Ikhwana Mujahiddina fi Filistin…
Penulis: Shalahuddin Umar

Sunday, July 20, 2014

Sebuah mimpi tentang mu.

Saat ku pandang beribu bintang langit,,
di gelap malam....

Ku lihat cahaya mu...

Dengan segenap jiwa,,
terbayang wajah mu...

Terasa hangat cintamu,,
yang terkhayal dalam fikir ku...

Walau tak ku sadari keberadaan mu...

Yang tertinggal hanya sebuah mimpi...

Tentang mu...


Penulis: Andria tama (crb komandan kodok)
*tulisan waktu kelas 3 SMP tahun 2006an

Thursday, July 17, 2014

Aku si ulat kecil itu.

Beberapa kupu-kupu terbang...
Menentang angin yang bernafas perlahan...

Pagi itu...
Ya,, pagi itu...

Di bawah senda gurau awan dan kabut...
Di atas bunga-bunga yang bermandi embun...

Sayapnya terlihat indah...
Terbang begitu bebas...

Membuat ku kagum...
Membuat ku iri...

Ya,, aku si ulat kecil itu...

Sayap ku...
Mana sayap ku..??

Sial..!!!
Tak kunjung tumbuh...

Kenapa lama sekali..??

Lihat kupu-kupu itu...
Mereka teman bermain ku,,
Dulu...

Entah berapa banyak waktu yang ku bunuh...

Di atas dedaunan hijau ini,,
bekal makan siang ku...

Aku ingin tidur...

Berselimut serabut-serabut rapuh...
Menjadi kepompong...

Hingga di suatu pagi ku temukan diri ku...
Terlahir menjadi Pribadi yang baru...

Menjadi kupu-kupu dengan sayap genap yang indah...
Lebih indah dari sayap teman-teman ku...
Ya,, di saat aku terbangun nanti....

Tapi mimpi tak juga jadi...

Ingin ku,,
tergadai waktu yang menggelinding lambat...

Anak-anak manusia tersenyum riang...
Melihat teman-teman ku terbang dengan sayap menawan...

Oh tidak...

Seorang ibu menghampiri ku...

Apa dia ingin bermain juga dengan ku..??
Si ulat kecil bertubuh gendut...

Tapi mengapa dia membawa sapu..??

EBUSEH..!!!
Ini buruk...

Jangaaannn...!!!

"PRAAAKK..!!!,"

"sayang,, kita maen di sana aja yuk,, banyak kupu-kupu.... di sini ada ulat bulunya,, ikh,, ntar badan kalian gatal-gatal loh,"

BEDEBAH..!!!

Badan ku sakit...
Tersungkur jatuh di atas tanah...
Di tampar sapu lidi manusia...

Huft...

Ya sudahlah...

Aku memang si ulat kecil itu...

Tak akan berharga sampai sayap-sayap rapuh ku benar-benar Tumbuh...


Jakarta, 18 Juli 2014
Penulis: Andria tama (crb komandan kodok)

Sunday, July 13, 2014

Pesta belum berakhir.

HIP HIP HURAAA..!!!

Pesta berakhir...

Ribuan kembang api keluar kandang...
Berlari liar melompati atap-atap stadion maracana...

Begitu riang dan berisik,,
Mengganggu tuan rumah yang baru saja tertidur...

HIP HIP HURAAA..!!!

Pesta berakhir...

Piala 4 tahunan hinggap lagi...
Di Ranting pepohonan tanah Jerman...

Rakyat bergembira...
Kebunnya panen besar...

HIP HIP HURAAA..!!!

Pesta berakhir...

Negara ku masih duduk di halaman parkir stadion...

Lagi asik ngobrol dengan negara lain...
Yang juga tak dapat tiket masuk...

HIP HIP HURAAA..!!!

Pesta berakhir...

Sebagian Teman-teman ku terbahak...
Melihat isi dompet tebal mendadak...

HIP HIP HURAAA..!!!

Pesta berakhir...

Tapi itu di sana...
Di benua Raksasa Adi daya...

Bukan di sebuah kota kecil Timur tengah...
Yang malam ini masih berpesta pora...

Bersulang Darah dan Doa...
melawan tentara Zionis penghisap darah...

Ya,,
Di sini Pesta belum berakhir...

Ada kebebasan yang harus direbut...
Ada nyawa ratusan anak yang harus di lindungi...

Ya,,
Di sini Pesta belum berakhir...

Di tengah kemeriahan Uforia Penutupan Piala dunia yang megah...

Ribuan nyawa rapuh Palestina Tumbuh bermahkotakan Duka...

Tikus Sawah.

Sawah ku penuh tikus rakus....

Menggerogoti padi menguning...

Beri saja keju agar sawah tak jadi hidangan lezat lagi...

Sial..!!

Kasih makan Keju minta nambah...

Perutnya karet...

Keju habis,,
sawah ku tak jadi panen....

Jakarta, 5 Juli 2014
Penulis: Andria Tama (crb komandan kodok)

Saturday, July 12, 2014

Kupu-kupu kecil

Hey,,
Apa kau tau..??

Saat sayap mu mulai genap dan kau dapat terbang bebas dan bernyanyi riang...

Melihatmu seperti itu...
Aku Senang...

Terbanglah...
Kau ingin menggapainya bukan..??

Sinar pengantar Senja yang sangat kau sukai itu...

Tenang saja,,
Aku masih disini...

Masih mengawasimu dari kejauhan....

Tempat dimana ombak laut dengan lembut menyapa pasir daratan yg rapuh...

Ya,,
Dari tempat itulah aku akan tetap berdiri melihat mu...

Dan Jika kau menemukan daratan yang lebih indah di luar sana...

Aku harap...
Kau tidak melupakan daratan ini....

Pergilah dan bersenang senanglah...

Selamat jalan dan sampai berjumpa lagi di lain hari...

Kupu-kupu kecil ku...


Jakarta, 5 Juli 2014
Penulis: Andria tama (crb komandan kodok)

Thursday, July 10, 2014

Si Perokok.

Tentang pemasangan Gambar seram di kemasan rokok...??

Akh,,
hanya hiasan pasif...
Tak perlu di hiraukan...

Perokok ya perokok...

Ayo..!!
Masukkan lebih banyak lagi racun-racun itu ke dalam tubuh...

Toh masalah umur di tangan Tuhan...
Bukan di sebatang rokok seribuan...

Jangan melarangnya...
Paling-paling dia kentut...

Perokok ya perokok...

Ingat...!!
Rokok itu tidak haram...
Biarpun asapnya merugikan...

Coba lihat...

Dari pengemis sampai pejabat suka rokok...

Dari orang bejat sampai orang 'alim juga suka rokok...

Pria dan wanita bahkan bencong juga suka rokok...

Para orang dewasa sampai Lansia juga suka rokok...

Anak-anak kecil berseragam putih merah kemarin ku lihat juga sedang menghisap rokok...

Mengumpat di belakang warung...
Takut ketahuan orang tua katanya...

Padahal orang tua mereka juga perokok...

Bagi yang bukan perokok diam saja..!!

Tutup saja hidung kalian...

Atau kalian juga akan menikmati racun itu...

Ya,, namanya juga perokok...

Mulutnya asam...

Kasih dia sebatang rokok...

Dan kau akan di jadikannya teman...


Jakarta, 25 Juni 2014
Penulis: Andria Tama (crb komandan kodok)

Pesan dari Masa Depan.

Ibu ngomel-ngomel...
Memaksa ku bangkit dari tidur...

Tanpa mimbar lantas ia berkhotbah...

Tentang Ayam berkokok,,
juga tentang Sapi pembajak sawah...

Akh,,
untuk apa di dengar...
Pekak kuping karnanya...

Aku pindah,,
duduk di belakang rumah...

Matahari tergantung tegak lurus...
Mengintai tikus-tikus yang lagi asik menggerogoti uang rakyat...

Mata ku remang,,
menenggak dua botol miras oplosan tadi malam...

Mungkin efeknya masih tertinggal...

Angin membelai lembut...
aku tertidur lagi...

Lelaki baya datang...
Wajahnya kumal...
Jejak air mata terarsir di kerutan pipi...

Bajunya bau sampah...
Robekan-robekan terhias bercerita...

Tersedih dia berkata...

Riwayat teronggok di lembah Bukit-bukit sampah...

Istri mati tak ada biaya berobat...

Anak-anak meminta-minta di lampu merah...

Lantang ku tanya,,
Siapa kau..??!!!

Aku adalah Dirimu di masa depan..!!!
Jawabnya tegas...

Kemalasan membuat ku lebur...

Kelakuan membuat ku tak di hargai orang...

Mulut terjejal waktu yang menjadi Bangkai...

Aku adalah dirimu di masa depan...

Tolong aku,,
usir semua setan yang bersemayam di hati sekarang...
Ubah juga buruknya sifat...

Aku tak ingin tetap menjadi aku...

Tolong aku,,
Ubah aku jadi berharga...

Jeritnya mengiba...

Lelaki baya itu...
Perlahan sosoknya hilang terselimut gelap...

Meninggalkan ku dalam tanya...

Entah fakta atau fiksi,,
otak ku tak bisa mencerna...

Ibu kembali berteriak,,
aku terbangun kaget...

Syukurlah hanya mimpi...

Ku lihat langit tetap biru...

Tidak,,
tadi itu bukan sekedar mimpi siang bolong...
Pikirku menggugat...

Apa Mungkin itu Pesan...??

Agar aku merubah semua sifat buruk ku..??

Ya,,
itu adalah sebuah Pesan...

Ya,,
itu memang pesan...

Pesan untuk ku,,
Dari diri ku di Masa Depan....


Jakarta, 30 Mei 2014
Penulis: Andria Tama (crb komandan kodok)

Tuesday, July 8, 2014

Langit mu menangis lagi.

Ku lihat dari kejauhan...

Tanah mu basah lagi...

Langit itu,,
masih tergantung murung di atasnya...

Ku lihat dari kejauhan...

Anak-anak kecil tertidur lagi...
Tersenyum untuk sebuah kebebasan...

Begitu lelap...
Hiraukan waktu yang berguling lambat...

Ku dengar dari kejauhan...

Lagu kesedihan itu di putar lagi...

Mengiringi pasukan rudal riang menari,,
di atas tanah mu...

Sampai akhirnya mereka berjatuhan...

Hancurkan tanah mu yang basah...
Merenggut mimpi ribuan ayah...

Ku lihat dari kejauhan...

Seorang ibu menangis memeluk anak perempuannya yang belum terlelap.

Bersembunyi di antara reruntuhan gedung...

Sang ibu lalu berdongeng,,
tentang sebuah tempat yang indah dan damai...

Ya,, Kepada anak perempuannya...
Ya,, kepada buah hatinya tercinta...

Dongeng belum usai...
Puluhan rudal berjatuhan lagi...

Kapal pesiar datang...

Menjemput sang ibu dan anak perempuannya untuk pulang...


Jakarta, 7 juli 2014
penulis: Andria tama (crb komandan kodok)

Monday, July 7, 2014

Tentang 9 juli 2014.

Bulan ini bulan pemilu...

HORE...!!!
Para penguasa galau,, terpaksa lelang kursi harga tinggi...

HORE...!!!
Komplotan maling rogoh dompet lagi...
Ambil duit jambretan malam tadi...

HORE...!!!
Rakyat kecil di suguhi makanan-makanan enak...
Makan Sepuasnya sampai muntah karna kekenyangan...

Bulan ini bulan pemilu...

Menyebalkan...!!!
Tolong semprotkan pengharum ruangan...!!!
Hidung ku tak kuat mencium bau bangkai yang di lemparkan para Simpatisan...

Menyebalkan...!!!
Pekak telinga,,
mendengar para kandidat bernyanyi lagu Padamu Negeri...
Suaranya Fals...

Menyebalkan...!!!
Teman ku tak saling sapa karna beda nomor pilih...

Ya,, bulan ini bulan pemilu...

Mencari nahkoda baru untuk tanah negeri ku...

Ya,, bulan ini bulan pemilu...

Tak ingin tanah ku jadi papan catur lagi...
Dimana Pion kecil selalu jadi Korban pertama...
Memperjuangkan Janji fatamorgana Pemerintah dan Raja...

Ya,, bulan ini bulan pemilu...

Dan 9 juli 2014...

Semoga hitam jari tak hanya menjadi hiasan pasif tanpa oasis...